Orangutan Tapanuli, Spesies Baru dan juga Spesies Tertua

Orangutan Tapanuli itu sepesies baru tapi spesies tertua juga? Bingung ya? Haha, jadi begini orangutan tapanuli terakhir ditemukan pada tahun 1990 dan setelah diteliti lebih lanjut orangutan Tapanuli ini berbeda dari orangutan Sumatera dan orangutan Kalimantan sehingga ia memliki nama sepesies tersendiri yaitu Pongo tapanuliensis. Sedangkan dari hasil DNA orangutan Tapanuli ini diperkirakan telah ada sejak zaman pleistosen atau sekitar 3,4 juta tahun yang lalu sehingga dapat dikatakan ia adalah nenek moyang dari kedua orangutan yang ada di Indonesia tsb.


Btw mengapa saya membuat artikel seperti ini? Ya, saya mengetahui orangutan ini dari akun instagram resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, karena kecintaan saya kepada alam saya merasa harus ikut andil dalam penyebaran edukasi tentang spesies terbaru ini.


Awal Mula Eksis Kembali

Orangutan ini kembali eksis setelah Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar mendapat laporan bahwa adanya penemuan spesies orangutan baru di Kabupaten Tapanuli, Sumatera Utara.

"Ada spesies orangutan baru di Tapanuli kelihatannya selatan. Genetiknya mirip Kalimantan tetapi ditemukannya di Sumatera. Nanti saya lapor Pak Jokowi," kata Siti Nurbaya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (30/10/2017).

Dia menyebut, orangutan Tapanuli baru ditemukan kembali di akhir tahun 1990-an. Spesies orangutan Tapanuli ini hanya ditemukan di ekosistem Batang Toru yang meliputi hutan dataran tinggi yang tersebar di tiga kabupaten Tapanuli.

"Awalnya orangutan Tapanuli dianggap sebagai populasi orangutan paling selatan dari spesies orangutan Sumatera atau Pongo abelii. Di tahun 2015, berdasarkan studi sebagian bahan genetik populasi orangutan Sumatera di Batang Toru menunjukkan besarnya perbedaan dengan populasi orangutan di utara Danau Toba," jelasnya.


Fakta-Fakta Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis)

1. Populasinya kurang dari 800 ekor (sangat terancam punah)

Orangutan ini mendiami sebagian Ekosistem Batang Toru, Kabupaten Tapanuli, Sumatera Utara yaitu 110.000 dari 133.841 hektar. Dari jumlah populasi tersebut terbagi menjadi 2 blok yaitu blok barat dan blok timur karena Ekosistem Batang Toru terbelah oleh lembah patahan Sumatera. Perlu diketahui orangutan ini hanya ditemui di 3 kabupaten yaitu Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan yang belum semuanya memliki status sebagai hutan lindung. Diperparah lagi pada November 2014 kejadian tragis menimpa seekor orangutan Tapanuli yang mati diserang dan dibunuh oleh warga setempat.


 

2. Sangat lambat dalam berkembang biak

Ya, orangutan ini sangat lambat dalam berkembang biak, rata-rata kelahiran anak pertamanya sekitar umur 15 tahun sedangkan jarak melahirkan yaitu 8-9 tahun.

3. Hidup sampai usia 50-60 tahun

Usia tersebut adalah usia normal namun bila ekosistem terganggu atau rusak maka tak mungkin orang utan dapat hidup mencapai usia tersebut

4. Dinyatakan sebagai spesies kera terbaru di dunia yang ditemukan di Ekosistem Batang Toru ( telah saya jelaskan di atas)

5. Secara taksonomi lebih dekat dengan orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)

Karena itu spesies ini harus dipisahkan menjadi spesies sendiri, dan merupakan moyang dari orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dan orangutan Sumatera (Pongo abeli). Diperkirakan orangutan Sumatera berevolusi dari orangutan Tapanuli sekitar 3,38 juta tahun yang lalu sedangkan orangutan kalimantan lebih muda dari itu yaitu sekitar 670 ribu tahun yang lalu.

6. Jenis kera besar (great ape) terlangka dan terancam di dunia bahkan dinyatakan lebih langka dari gorilla besar Afrika

Ciri-Ciri Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis

Ciri non-fisik:

1. Frekwensi pembuatan sarang lebih rendah dari orangutan Sumatera namun lebih mirip dengan orangutan Kalimantan
2. Pakannya 60% buah-buahan, semut liana, dedaunan, kuncup bunga dan ulat.
3. Orangutan tapanuli memakan spesies tumbuhan yang sebelumnya belum pernah tercatat sebagai spesies tumbuhan pakan orangutan yaitu atumangan, sampinurtali, sampinur bunga, dan agatis.
4. Panggilan jarak jauh (long calls) orangutan jantan spesies ini berbeda dengan orangutan spesies lainnya yang biasanya berteriak keras dan gandurasi panjang.

Ciri fisik:

1. Warna rambut dan bentuk badan secara umum sama dengan orangutan Sumatera, namun bulu lebih tebal dan keriting.
2. Memiliki kumis yang menonjol dengan bantalan pipi berbentuk datar dan dipenuhi rambut halus berwarna putih.
3. Jantan dewasa memliki bantalan pipi yang lebih besarsehingga mirip dengan orangutan Kalimantan
4. Betinanya memiliki rambut pada bagian dagu (janggut) yang lebih mirip dengan orangutan Sumatera

Penutup

Sekian artikel untuk kali ini semoga menambah wawasan pengetahuan anda. Oiya lupa, penemuan spesies ini adalah hasil kerja sama antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Sumatran Orangutan Conservation Programme, Yayasan Ekosistem Lestari, Yayasan Badak Indonesia, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Pemda Taput, Tapsel, dan Tapteng. Narasumber lainnya Dr. Puji Rianti (IPB). Anton Nurcahyo (Australian National University). dan Gabriella Frediksso.

Sumber

National Geographic Indonesia
Akun Instagram Resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Camping di Situ Patenggang, Tips dan Trik

Puisi Pemula #1 Benteng Langkah