Pengalaman Camping di Situ Patenggang, Tips dan Trik

Kenalan Dulu Yuk dengan Situ Patenggang

Situ Patenggang adalah sebuah danau yang terletak di tengah-tengah hamparan Perkebunan Teh Rancabali untuk lebih jelasnya yaitu Jl. Ciwidey, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Terletak di ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut, menjadikan suhu disini sangat dingin disertai rimbunnya hutan dan hamparan kebun teh menjadikan pemandangan yang eksotik dengan nuansa alam yang tenang.

ini bukan jepretan saya, maklum lah kamera hp. Ini foto punya anekatempatwisata.com


Oleh karena itu saya berpikir untuk melaksanakan camping bersama kawan di tempat tersebut, dan inilah ceritanya

Sebelum Berangkatan

Ya, acara camping ini sudah saya rencanakan di jauh-jauh hari dalam rangka liburan 17 Agustus an, yang kami siapkan tentu saja tenda, perbekalan makanan, baju, uang, dll. Rencananya kami akan berangkat dengan mengangkut sepeda menggunakan mobil pickup sehingga untuk perjalanan pulang kami menggunakan sepeda karena jalan dari Situ Patenggang ke Kabupaten Bandung relatif menurun. Karena mobil pickup tersebut saya yang punya saya berinisiatif kepada kawan-kawan agar menginap di rumah saya, agar tak kesiangan maksudnya, bukan tanpa alasan soalnya pada tanggal 17 Agustus di Kecamatan Ciwidey selalu ada festival kemerdekaan yang menyebabkan kemacetan total.

Berangkaaat!

Subuh itu, ingin sekali kami langsung berangkat namun apa daya yang menginap di rumah saya hanya tiga orang, sehingga kami harus bersabar menunggu yang lain. Yaa begitulah rencana kadang terealisasi secara mulus, kadang berantakan, atau mungkin mereka menyepelekan perkataan saya tentang macet total itu. Alhasil berangkat yang tadinya direncanakan pukul 05.30 menjadi pukul 07.00 sungguh mengesalkan. Kami angkut sepeda satu persatu dan kami pun bergegas naik dengan semangat walaupun sebagian ada yang sangat kesal haha.



Arus perjalanan cukup lancar, namun saat kami sampai di Desa Gambung jeng jeng jeeng. Kemacetan total terjadi, dan arak-arakan festival terlihat jelas melintas lalu lalang. Kawan-kawan mengira ini akan terjadi sebentar saja, namun menurut pengalaman saya yang lalu-lalu saat akan berwisata ke Kawah Putih festival ini berlangsung sampai 4 jam. Kami menunggu, makan-makan, jalan-jalan gak jelas, main game, mendengarkan musik, mengaji, dan tak sadar sudah jam 11:30 yang berarti kami berada dalam kemacetan selama 5 jam! Semua mata sinis tertuju pada Shidiq karena ia yang datang kesiangan, namun ia hanya nyinyir saja seperti tak punya salah haha. Sedikit demi sedikit festival berakhir, kami akhirnya lega dan melanjutkan perjalanan, tak lupa kami pun singgah di Masjid untuk melaksanakan sholat dzuhur.

Alhamdulillah Sampai...

Sesampainya di lokasi, kami semua patungan untuk membayar tiket, untuk masuk Situ Patenggang ditarif dengan harga 20.000 rupiah, sekedar tips jika ingin lebih murah ada bisa menuju tempat tiket kedua yang jaraknya sekitar 200 meter dari tiket pertama. Dari lokasi tiket kami disuguhkan pemandangan yang sangat indah, hamparan perkebunan teh yang hijau dan danau di tengahnya membuat kami ingin segera mendirikan tenda.

Satu-persatu kami bongkar dan menurunkan sepeda di tempat parkir yang tak jauh dari sana ada kantor informasi, karena ada kantor informasi saya penasaran, sebenarnya boleh tidak kami camping di tempat ini. Saat saya bertanya, petugas menjawab "Boleh, asal disana, di camping ground harganya 20.000 perorang" jawaban itu membuat saya tercengang, bukan lebay, maklum laah kami kan low cost traveller haha. Jawaban tersebut tak mengurungkan niat kami untuk camping disini, kami tanya-tanya kepada pedagang sekitar ternyata boleh namun tempatnya ada di ujung, karena wilayah itu bukan bagian dari objek wisata Situ Patenggang melainkan ada dalam ruang lingkup Perhutani.

"Kalau begitu okelah kita ke ujung" ucap Alvin dengan semangat, sesampainya di ujung, kami melihat rumah bilik di tengah padang rumput yang menghadap danau dan membelakangi hutan, alangkah beruntungnya pemilik rumah tersebut, dalam pikirku. Setelah menentukan lokasi yang pas untuk mendirikan tenda, kami langsung berbagi tugas, ada yang mencari kayu bakar, mendirikan tenda, menyiapkan air dan perapian. Kami bergembira disana memandangan sunset yang perlahan menurun, langit berwarna oranye itu indah, warnanya menyatu dengan air danau, namun disaat kami sedang berelaksasi salah seorang kawan kami berteriak "Wooy tenda na manaa?!" jujur yang ditugaskan membawa tenda adalah saya, namun saya lupa, alhasil nanti malam kami berjemur beralaskan rumput wkwkwk.



Nasi liwet pun matang, langsung kami tumpahkan di atas hamparan daun pisang, tanpa rasa canggung kami menyantap dengan penuh kenikmatan, tertawa lepas, saling membongkar rahasia, sehingga kami sadar persahabatan itu bukan hanya sebatas euforia kesenangan sementara dan kesenangan itu bukan hanya sebatas apa yang ada dalam dompet kita, namun ini semua adalah tentang kebersamaan, kesederhanaan, dan cinta.








Malam Menghampiri

Matahari kian tenggelam seakan-akan melambaikan tangannya dan berucap selamat tinggal, kegelapan mengganti semuanya, dingin semakin menusuk, suara angin melintas di bawah daun telinga kami, mengisyaratkan kami untuk segera membesarkan api. Duduk beralaskan rumput, melingkar dengan titik pusat api membuat setiap orang diantara kami ingin menyampaikan sebuah cerita, bukan api saja yang berjasa menghangatkan tubuh kami ada juga secangkir teh hangat dan kopi panas yang siap melakukannya, seperti obrolan juga yang terus menghangatkan hati kami.

Jam tangan menunjukan pukul 08:00 isya telah kami jama bersama maghrib, tak sengaja kepalaku menengadah ke atas, subhanAllah! saya segera memberitahu kawan-kawan, dimana jutaan bintang menghiasi langit dan di tengahnya terdapat debu kosmik yang melintang, warnanya kebiruan bersama butiran serbuk bintang, saat kami sedang menatap langit dengan tenang tiba-tiba Fajar berteriak "Woy bintang jatuh!" Ya benar sekejap mata bintang jatuh melintas namun tak hanya fajar saja yang berkesempatan melihat, semuanya kebagian, karena bintang jatuh terjadi lebih dari lima kali, namun sayang kami tidak dapat mengabadikan momen tersebut karena kamera hp yang kurang memumpuni. Malam teruus larut dingin pun terus mendobrak lapisan tebal jaket kami, seakan-akan ingin menusuk suhu dinginnya kedalam tubuh kami, sehingga Rio mengigau "Diiiingiiiiin.... diiingiiiiin diiingiiin..." ucapnya berulang kali, lalu kami pun menyarankan ia agar tidur di mushola.

Tapi menurut kami semua keindahan ini membuat dingin malam kurang terasa menembus kulit kami sehingga kami dapat tertidur nyenyak hingga esok hari.

Meninggalkan Situ Patenggang

Setelah subuh berjamaah kami mengadakan latihan ceramah singkat, ya ini berguna untuk melatih kemampuan verbal kami ketika suatu saat kami berada di atas panggung. Setelah itu kami bergegas membuat sarapan, walaupun hanya nasi dan mie instan itu cukup untuk mengganjal perut kami. Tak lupa sebagai pecinta alam, kami pun memungut sampah dan membakarnya sampai bersih dan sebagian ada yang kami bawa pulang. Ingin rasanya berfoto bersama di tempat ini sekali lagi sebagai tanda perpisahan. Kami ganjal hp oleh ransel dan kami pencet mode timer lalu kami bergegas mengatur posisi.








Waktu menunjukkan pukul 09:00 kami pun bergegas pulang agar tak kesiangan sholat jumat. mSaat kami akan pulang tiba-tiba "Kela-kela keram suku" rintihan Fakhri yang mengalami keram di kaki sehingga Aldi langsung membalurkan minyak wali kukun pada kakinya.

Selama perjalanan kami selalu membayangkan masa-masa indah bersama, sepeda pun tak kami kayuh ia secara mandiri melaju agar tak mengganggu kami dalam berkhayal dan memandang pemandangan selama perjalanan.



Dalam foto sedikit menanjak kawan wkwkwk.

Penutup

Sekian pengalaman saya dan kawan-kawan camping di Situ Patenggang, tetap jaga, rawat, dan pastikan tempat ini terbebas dari sampah, itulah pesan dari kami jika anda ingin berkunjung kesini. Sampai jumpa

 









Komentar

  1. Mas, mau tanya, jadi boleh ya camping di situpatenggang? Ada yang sewain atau harus bayar sendirii?
    Makasih

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orangutan Tapanuli, Spesies Baru dan juga Spesies Tertua

Puisi Pemula #1 Benteng Langkah